Selasa, 03 Mei 2016

Makalah Manajemen Pendidikan



MANAJEMEN PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM


BAB I
PENDAHULUAN

            Pendidikan selalu menjadi isu yang hangat dalam berbagai diskusi, bahkan dalam sudut pandang manajemen sekalipun. Manajemen pendidikan berbicara tentang pengelolaan pendidikan dalam rangka mengoptimalkan kualitas pendidikan dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan yang bermutu secara efisien dan efektif.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Dunia pendidikan di Indonesia dan di Sumatera Utara secara khusus sedang dihadapkan pada tiga persoalan yang cukup memprihatinkan. Pertama, masih rendahnya pemerataan dan perluasan akses pendidikan. Kedua, rendahnya mutu, relevansi dan daya saing keluaran pendidikan. Ketiga, lemahnya peningkataan tata kelola, akuntabilitas, dan citra public pengelola pendidikan ( Irianto, 2008 ).
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa seluruh komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah terjadinya. Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang sangat penting itu, maka suatu keharusan bagi pendidik untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahpahaman di dalam melaksanakan pendidikan. Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000:37).

Penggambaran tujuan sekolah terlihat dari visi dan misi sekolah yang jelas tertulis di papan pengumuman sekolah. Dilihat dari kegiatan yang telah dilakukan sekolah dalam pencapaian visi dan misinya, jelas terlihat visi dan misi sulit untuk dicapai dalam waktu dekat. Hal ini dikarenakan masih belum optimalnya keinginan kepala sekolah dan para wakilnya dalam pencapaian visi dan misi sekolah. Salah satu hal yang dapat digambarkan penulis adalah, belum berstatus PNS nya para pembantu kepala sekolah. Ditengah kekawatiran tidak diangkatnya mereka atau digantikan peran mereka dengan guru-guru PNS, membuat para wakil kepala sekolah ini bertindak setengah hati. Di satu sisi menuntut kemajuan kepada para guru, sedangkan di sisi yang lain membiarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan pengajaran di kelas yang dilakukan guru.
            Sekolah yang efektif tentu akan menjadi sekolah idola dan akan diserbu oleh banyak calon anak didik setiap awal tahun pelajaran dimulai. Anak yang efektif sangat ditentukan oleh faktor rumah dan faktor sekolah yaitu rumah yang efektif dan sekolah yang efektif pula. Kualitas seorang anak didik sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh budaya dan suasana belajar di rumah dan di sekolah. Beberapa faktor pendukung kualitas anak di rumah adalah seperti tingkat sosial ekonomi dan Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua serta pengaruh teman bermain dan hiburan. Sedangkan faktor pendukung di lingkungan sekolah adalah seperti tingkat SDM dan kehangatan pribadi guru, fasilitas penunjang, sarana belajar dan pengaruh budaya dan iklim belajar di sekolah itu sendiri.
Lebih dari separoh waktu kehidupan anak dihabiskan di rumah. Famili dan orang tua mempunyai peranan sangat besar dalam menentukan pribadi anak. Kualitas mereka sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan (SDM) orang tua dalam mendidik dan menumbuhkembangkan konsep belajar dalam keluarga. Kemampuan ekonomi orang tua punya peran dalam menyediakan fasilitas belajar. Ada anak dengan tingkat pendidikan orang tua rendah, biasa berhasil dalam belajar karena orang tua cukup tebal isi kantongnya untuk membiayai saran belajar. Ada lagi sebagian anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi kurang mampu, tetapi juga berhasil dalam belajar, karena orang tuanya sendiri kaya dengan wawasan SDM. Yang sangat beruntung adalah anak yang memiliki orang tua dengan SDM tinggi, kantong tebal dan teman-teman bermain memberikan pengaruh positif dalam belajar.
Manajemen berbasis sekolah sebagai suatu model pengelolaan sekolah yang memberdayakan semua pemangku kepentingan dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan perencananaan sumber daya pendidikan unruk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen berbasis sekolah memberiakn wewenang pengambilan keputusan bagi sekolah guna memenuhi kebutuhan sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakat.


Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat bergantung pada manajemen pendidikan yang  menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya atau manaajemen pendidikannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling tergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, juga ditunjang dengan pengelolaan manajemen yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian pula bila pengelolaan manajemen pendidikan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen
            Manajemen berasal dari  Latin, yaitu dari asal kata manus yangberarti tangan dan agree ( melakukan ). Kata – kata itu digabung menjadi managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke Bahasa Inggris to manage ( tata kerja ), management ( Kata benda ), dan manager untuk orang yang melakukannya. Management diterjemahkanke Bahasa Indonesia menjadi manajemen ( pengelolaan ).
            Menurut Parker ( Stoner & Freeman, 2000) dalam Husaini ( 2013) adalah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (the art of getting things done trough people) . Sapre (2002) menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan langsung untuk penggunaan sumber daya organisasi secar efektif dan efisien  dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Manajemen menurut Hughes, et al dalam Husiani ( 2013 ) adalah berkenaan dengan efisensi, perencanaan, kertas kerja, prosedur, pelaksanaan regulasi, pengawasan, dan konsistensi.
            Manajemen pada dasarnya adalah upaya mengatur segala sesuatu ( sumber daya ) untuk mencapai suatu tujuan, jadi manajemen adalah proses pengintegrasian sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem totalitas untuk menyelesaikan tujuan ( Ambarita, 2013:190).
            George R. terry yang dalam bukunya “ Principles of Management “ menyebutkan  bahwa manajemen merupakan sebuuah proses yang khas, terdiri  dari tindakan – tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan untuk menetukan serta mencapai sarana – sarana yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lainnya.
            Menurut Terry dalam Ambarita ( 2013:190) manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu – individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindkan –tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus mereka lakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukan dan mengukur dari usaha – usaha mereka.
            Dengan demikian manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan  dan pengawasan ( P3 ) sumber daya organsasi  untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.  Manajemen dalam arti sempit  adalah manajemen sekolah/madrasah yang meliputi : perencanaan program sekolah/madrasah, pelaksanaan program sekolah/madrasah kepemimpiana kepala sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi  dan system informasi sekolah/madrasah

B. Pengertian Pendidikan
            Defenisi pendidikan menurut Langevell dalam Husaini ( 2013) menyatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakna manusia. Menurut Kihajar Dewantara (1977), “ pendidikan yaitu terutama di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.” Selanjutnya menurut Ki Hajar Dewantara, “ Pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak.
            Menurut Redja Mudyaharjo (1998) menyatakan bahwa pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Dalam defenisi sempit Redja Mudyaharjo ( 1998 ) juga menyatakan bahwa pendidikan adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan juga diartikan segala pengaruh yang diuoayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan – hubungan dan tugas – tugas sosial mereka.
            Menurut Undang - Undang   RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal I ayat (1) dalam Eti Rochaety, dkk (2005) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
            Menurut Sihombing dalam Eti Rochaety, dkk (2005) pendidikan mengandung pokok-pokok penting sebagai berikut: (1) Pendidikan adalah proses pembelajaran; (2) Pendidikan adalah proses social; (3) Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia; (4) Pendidikan berusaha mengubah atau mengembangkan kemampuan, sikap, dan perilaku positif; (5) pendidikan merupakan perbuatan atau kegiatan sadar; (6) Pendidikan memiliki dampak pada lingkungan; (7) Pendidikan berkaitan dengan cara; (8) Pendidikan tidak berfokus pada pendidikan formal. Secara total bahwa pendidikan merupakan suatu system yang memilki kegiatan cukup kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain

C. Pengertian Manajemen Pendidikan
            Menurut Bush & Coleman dalam Husaini ( 2013 mendefenisikan manajemen pendidikan sampai saat ini tidak ada defenisi yang dapat diterima semua pihak. Setiap ahli menyampaikan defenisinya masing-masing sesuai engan pengetahuan dan pengalamanya. Bush mneyatakan bahwa manajemen pendidikan haruslah terpusat pada tujuan pendidikan. Tujuan ini memberikan arti penting terhadap arah manajemen. Manajemen diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu dalam waktu tertentu. Keterkaitan antara tujuan dan manajemen sangat dekat, tetapi dapat menimbulkan managerialsm, yaitu menekankan pada prosedur dengan mengorbankan tujjan pendidiakan dan nilai – nilai. Manajemen untuk tujuan pendidikan sangat penting, tetapi tujuan ini harus diosetujui oleh sekolah dan stakeholders.
            Menurut Sharma dalam Husaini ( 2013 ) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu bidang studi dan praktik yang menaruh prhatian pada pelaksanaan organisasi pendidikan. Senada dengan itu Husaini ( 2013 ) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil belajar peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam mengembangkan potensi dirinya.  

D. Model – model Manajamen Pendidikan
            Menurut Sharma dalam Husiani ( 2013 ), model manajemen pendidikan ada enam yaitu : (1) Formal; (2) Kolegal; (3) Politik; (4) Subjektif; (5) Mendua ( ambiguity) ; dan ( 6) Kultural.
            Model formal adalah sebuah paying yang digunakan untuk menyatukan yang sama tetapi tidak identik dengan pendekatan – pendekatan. Formal berarti menekankan pada struktur organisasi. Model formal meliputi model : struktur, birokratik, dan hirarkis. Model ini menggunakan kepemimpinan mmanagerial.
            Model kolegial adalah model yang menekankan pada teori kekuasaan dan pegambilan keputusan yang dilakukan dengan melibatkan seluruh organisasi. Model ini menggunakan kepemimpinan partisipatif. Model politik adalah model yang menekankan pada teori pengambilan keputusan sebagai proses tawar menawar (bargain) selalu negosiasi. Model ini menggunakan kepemimpinan transaksional. Model Subjektif adalah model yang menekankan pada individu – individu didalam organisasi ketimbang organisasi secara menyeluruh. Model ini menggubakana kepemimpinan post-modern. Model mendua adalah model yang menekankan pada ketidakpastian atau tidak dapat diramalkan. Model ini menggunakan kepemimpinan kontingensi. Model kultural adalah model yang menekankan aspek informal organisasi dengan focus pada nilai – nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma, tradisi-tardisi menurut persefsi individu-individu. Model ini menggunakan kepemimpinan kepimimpinan moral.

E. Tujuan dan Manfaat Manajemen Pendidikan
            Tujuan dan manfaat manajmen pendidikan menurut Husaini ( 2013 ) antara lain :
·  Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna ( PAIKEM);
·    Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya;
·   Terpenuhinya  salah satu dari lima komptensi tenaga kependidikan ( tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer );
·        Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien;
·   Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses  dan tugas administrasi pendidikan ( tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan);
·  Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80 % masalah mutu disebakan oleh manajemennya;
·       Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, tidak bias jender dan SARA, dan akuntabel;
·         Tertciptanya citra positif pendidikan.

                        Substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagi proses atau disebut fungsi amnajemen adalah : (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan ( motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinsai, negosiasi, manajemen konflik, perubahan organisasi, keterammpilan interpersonal, membangun kepercayaan, penilaian kinerja, dan kepuasan kerja); (4) pengendalian meliputi pemantauan (monitoring), penilaian dan pelaporan.  Lebih lanjut Ambarita ( 2013 ) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisiemn.  
           
F. Pengertian sistem
             Eti Rochaety, dkk (2005) mengemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian sistem yaitu :
 1. Sistem adalah seperangkat unsur yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam satu lingkungan tertentu ( Ludwig, 1997 );
2.   Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan ( A. Rapoport, 1997 );
3. Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian – bagian yang saling mempengaruhi ( L.Ackof, 1997 )
4. Sistem merupakan bagian –bagian yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan ( Gordon B. davis, 1995 )
5. Sistem adalah perilaku berdasarkan tujuan tertentu, keseluruhan, keterbukaan, terjadi transformasi, terjadi korelasi, memiliki mekanisme kontrolartinya terdapat kekuatan yang mempersatukan dan mempertahankan system yang bersangkutan ( William A Shorde, 1995 ).
            Sedangkan menurut Budi Sutedjo ( 2002) sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.
            Sistem berasal dari Bahasa Yunani, system. Sistem menurut Shore &Voich dalam Husaini ( 2013 ) adalah suatu kesuluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian – bagian. Geral,et.al ( 1981) mendefenissikan sistem adalah tatacara kerja yang saling berkaitan, dan bekerjasama membentuk suatu aktivitas atau mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem menurut Banghart ( 1990 ) ialah sekelompok elemen – elemen yang saling berkaitan yang secara bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Hal serupa juga disampaikan oleh Murdick & Ross ( 1976 ) mendefenisikan system sebagai sepreangkat unsur yang melakukan suatu kegiatan atau membuat skema dalam rangka mencapai tujuan dengan mengolah data dan atau energi, serta barang – barang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan informasi dan atau energi dan atau benda.
            Sistem dapat dipandang sebagai suatu hal yang tertutup atau terbuka. Sistem tertutup  adalah system yang tidak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan, sedangkan sitem terbuka ialah system yang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan. Husaini ( 2013 ) menyatakan ada tiga unsur pokok berpikir sistem ( system thinking);  (1) sains system, yaitu eksplorasi ilmiah tentang system dalam berbagai bidang ilmu misalnya ilmu lingkungan hidup; (2) sistem teknologi, yaitu problem yang muncul dalam teknologi modern dan masyarakat, misalnya hardware, software dan brainware;  (3) filsafat system, yaitu reorientasi pemikiran dan pandanagn dunia ilmiah. Misalnya, paradigma baru yang dikembangkan Kuhn.
            Menurut Husaini (2013 ) sifat-sifat sistem antara lain yaitu (1) selalu terdiri dari lebih dari satu subsistem; (2) selalu merupakan bagian system yang lebih besar ( supersistem); (3) dapat besifat tertutup dan terbuka; (4) selalu memiliki batas-batas system; (5) sistem tertutup cenderung mengalami kemunduran ( entropi); (6) rasio input, proses dan output diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dinamis dan mempertahankan kehidupannya; (7)  memerlukan umpan balik untuk menjaga keseimbangan tersebut; (8) perubahan cepat memerlukan kewaspadaan dengan meningkatkan mutu subsistem antara spesialisasi dan diferensiasi struktur; (9) akibat spesialisasi dan diferensiasi, batas sistem perlu diperluas; (10) bertambahnya interaksi dengan lingkungan mneyebabkan sulitnya pemecahan masalah sebuah sistem karena itu muncul istilah kontingensi; ( 11) menyeluruh ( wholistic),  yaitu dipahami senagai suatu kesatuan total bukan atomistic; (12)  sinergi yaitu bekerja bersama-sama, hasilnya lebih besar daripada bekerja sendiri-sendiri.



F. Pengertian sistem
             Eti Rochaety, dkk (2005) mengemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian sistem yaitu :
 1. Sistem adalah seperangkat unsur yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam satu lingkungan tertentu ( Ludwig, 1997 );
2.   Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan ( A. Rapoport, 1997 );
3. Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian – bagian yang saling mempengaruhi ( L.Ackof, 1997 )
4. Sistem merupakan bagian –bagian yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan ( Gordon B. davis, 1995 )
5. Sistem adalah perilaku berdasarkan tujuan tertentu, keseluruhan, keterbukaan, terjadi transformasi, terjadi korelasi, memiliki mekanisme kontrolartinya terdapat kekuatan yang mempersatukan dan mempertahankan system yang bersangkutan ( William A Shorde, 1995 ).
            Sedangkan menurut Budi Sutedjo ( 2002) sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.
            Sistem berasal dari Bahasa Yunani, system. Sistem menurut Shore &Voich dalam Husaini ( 2013 ) adalah suatu kesuluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian – bagian. Geral,et.al ( 1981) mendefenissikan sistem adalah tatacara kerja yang saling berkaitan, dan bekerjasama membentuk suatu aktivitas atau mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem menurut Banghart ( 1990 ) ialah sekelompok elemen – elemen yang saling berkaitan yang secara bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Hal serupa juga disampaikan oleh Murdick & Ross ( 1976 ) mendefenisikan system sebagai sepreangkat unsur yang melakukan suatu kegiatan atau membuat skema dalam rangka mencapai tujuan dengan mengolah data dan atau energi, serta barang – barang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan informasi dan atau energi dan atau benda.
            Sistem dapat dipandang sebagai suatu hal yang tertutup atau terbuka. Sistem tertutup  adalah system yang tidak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan, sedangkan sitem terbuka ialah system yang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan. Husaini ( 2013 ) menyatakan ada tiga unsur pokok berpikir sistem ( system thinking);  (1) sains system, yaitu eksplorasi ilmiah tentang system dalam berbagai bidang ilmu misalnya ilmu lingkungan hidup; (2) sistem teknologi, yaitu problem yang muncul dalam teknologi modern dan masyarakat, misalnya hardware, software dan brainware;  (3) filsafat system, yaitu reorientasi pemikiran dan pandanagn dunia ilmiah. Misalnya, paradigma baru yang dikembangkan Kuhn.
            Menurut Husaini (2013 ) sifat-sifat sistem antara lain yaitu (1) selalu terdiri dari lebih dari satu subsistem; (2) selalu merupakan bagian system yang lebih besar ( supersistem); (3) dapat besifat tertutup dan terbuka; (4) selalu memiliki batas-batas system; (5) sistem tertutup cenderung mengalami kemunduran ( entropi); (6) rasio input, proses dan output diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dinamis dan mempertahankan kehidupannya; (7)  memerlukan umpan balik untuk menjaga keseimbangan tersebut; (8) perubahan cepat memerlukan kewaspadaan dengan meningkatkan mutu subsistem antara spesialisasi dan diferensiasi struktur; (9) akibat spesialisasi dan diferensiasi, batas sistem perlu diperluas; (10) bertambahnya interaksi dengan lingkungan mneyebabkan sulitnya pemecahan masalah sebuah sistem karena itu muncul istilah kontingensi; ( 11) menyeluruh ( wholistic),  yaitu dipahami senagai suatu kesatuan total bukan atomistic; (12)  sinergi yaitu bekerja bersama-sama, hasilnya lebih besar daripada bekerja sendiri-sendiri.
G. Manajemen Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
            Pendidikan merupakan suatu sistem. Didalam sistem terdapat berbagai proses yang  kemudian membetuk sub-sub sistem. Proses – proses tersebut terjadi didalam suatu lingkungan yang kemudi disebut  sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan secara luas inilah yang merupakan  bidang telaah masalah perencanaan pendidikan.
            Suatu perencanaan pendidikan yang komprehensifa dan berurusan dengan keseluruhan proses pendidikan, termasuk didalamnya sub-sub sistem di dalam sistem pendidikan. Seorang perencana pendidikan komprehensif tidak bias melepaskan diri dari berbagai sistem tersebut. Menurut Abin Syamsudin & Udin Saefuddin ( 2009 ) terdapat berbagai sistem dalam lingukungan pendidikan yang secara garis besarnya dibagi empat sistem dimana ke-empat sistem tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk sistem pendidikan yaitu :
·         Sistem Aktivitas Pendidikan
Pendidikan terdiri atas sekumpulan aktivitas yang merupakan suatu proses dan membentuk suatu sistem, yaitu sistem aktivitas pendidikan . sistem tersebut mencakup aktivitas – aktivits perencanaan kurikulum, perencanaan sumber daya, strategi program pembelajaran, interprogramming komunitas sekolah, pelatihan pelayanan guru dan evaluasi.
·         Sistem Komunikasi Pendidikan
Sistem omunikasi pendidikan dapat dibagi kedalam tiga subsistem yaitu subsistem perpindahan (movement), subsistem informasi dan subsistemenergi.
v  Subsistem pergerakan pendidikan merupakan motivator utama secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan menetapkan lokasi berbagai jenis aktivitas pendidikan dan mengizinkan perpindahan siswa dan bagian-bagian yang lainnya dalam wilayah pendidikan. Subsistem perpindahan juga berkaitan dengan masalah transportasi yang secara berhubungan dengan masalah pendidikan. Tujuan dan kebutuhan pendidikan harus menjadi factor utama dalam menetukan bentuk struktur dan operasi sistem perpindahan.
v  Sistem informasi pendidikan berkaitan dengan masalah – maslaha penyediaan dan pengelolaan sarana – sarana informasi seperti telepon, televise internet dan lain-lain.
v  Sistem energi pendidikan berkaitan dengan penyediaan energi yang akan digunakan dalam proses mpendidikan seperti listrik, AC, peneranagan dan laian-lain.
·         Sistem Fasilitas Pendidikan
Sistem fasilitas pendidikanbertujuan untuk menyediakan linglungan fisik yang dapat membantu tercapainya keberhasilan individu dalam proses pembelajaran. Analisis fasilitas termasuk pada fasilitas pendidikan yang disesuaikan dengan pergerakan penduduk. Untuk melakukan hat tersebut dapat dilakukan melalui beberapa model pendekatan seperti yang dikemukakan William yaitu model survey visual yang memperhatikan dua bagian pendekatan, yaitu :
v  Mengidentifikasi karakteristik tiga ( 3 ) dimensi dari ppeta kota;
v  Menetukan signifikansi
Sedangkan menurut Jacob dan Janes model survei visual memperhatikan pada :
v  Sensori material;
v  Keterhubungan antar bagian;
v  Memperhatikan sejarah dan simbol-simbol masa lalu yang signifikan
·         Sistem Operasi Pendidikan
Sistem operasi pendidikan mencakup segala sesuatu yang tidak secara langsung dilihat dengan proses pembelajaran, akan tetapi cukup membantu dan mendukung fasilitas pembelajaran diantaranya pelayanan perpustakaan, penyediaan buku-buku paket, konseling dan bimbingan siswa, pelayanan kesehatan, dan lain-lain.

BAB III
KESIMPULAN




           Berdasarkan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan  bahwa manajmen pendidikan adalah adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil belajar peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam mengembangkan potensi dirinya. Manajemen pendidikan juga memiliki model – model  serta tujuan dan manfaat tertentu.
            Pendidikan merupakan suatu sistem. Didalam sistem terdapat berbagai proses yang  kemudian membetuk sub-sub sistem. Proses – proses tersebut terjadi didalam suatu lingkungan yang kemudian disebut  sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan secara luas inilah yang merupakan  bidang telaah masalah perencanaan pendidikan. Suatu perencanaan pendidikan yang komprehensifakan berurusan dengan keseluruhan proses pendidikan, termasuk didalamnya sub-sub sistem di dalam sistem pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita & Siburian. 2013 . Manajemen Pendidikan dan komunikasi. Bandung: Alfabeta
Eti Rochaety, dkk. 2005. Sistem Informasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Husaini Usman. 2013. Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Yogjakarta: Bumi Aksara
Redja Mudyoharjo. 1998. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Grafindo Persada
Udin Syaefuddin & Abin Syamsuddin Makmun. 2009. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Rosda