MANAJEMEN
PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM
BAB
I
PENDAHULUAN
Pendidikan selalu menjadi isu yang
hangat dalam berbagai diskusi, bahkan dalam sudut pandang manajemen sekalipun.
Manajemen pendidikan berbicara tentang pengelolaan pendidikan dalam rangka
mengoptimalkan kualitas pendidikan dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan
yang bermutu secara efisien dan efektif.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang
nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena
itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
kegiatan pendidikan.
Dunia pendidikan di Indonesia dan di Sumatera
Utara secara khusus sedang dihadapkan pada tiga persoalan yang cukup
memprihatinkan. Pertama, masih rendahnya pemerataan dan perluasan akses
pendidikan. Kedua, rendahnya mutu, relevansi dan daya saing keluaran
pendidikan. Ketiga, lemahnya peningkataan tata kelola, akuntabilitas, dan citra
public pengelola pendidikan ( Irianto, 2008 ).
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan
pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan
lainnya. Dapat dikatakan bahwa seluruh komponen dari seluruh kegiatan
pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian
tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan
dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah,
sehingga harus dicegah terjadinya. Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu
bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi
tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat
diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang sangat
penting itu, maka suatu keharusan bagi pendidik untuk memahaminya. Kekurangpahaman
pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahpahaman di dalam
melaksanakan pendidikan. Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis
(Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000:37).
Penggambaran tujuan sekolah terlihat dari visi
dan misi sekolah yang jelas tertulis di papan pengumuman sekolah. Dilihat dari
kegiatan yang telah dilakukan sekolah dalam pencapaian visi dan misinya, jelas
terlihat visi dan misi sulit untuk dicapai dalam waktu dekat. Hal ini
dikarenakan masih belum optimalnya keinginan kepala sekolah dan para wakilnya
dalam pencapaian visi dan misi sekolah. Salah satu hal yang dapat digambarkan
penulis adalah, belum berstatus PNS nya para pembantu kepala sekolah. Ditengah
kekawatiran tidak diangkatnya mereka atau digantikan peran mereka dengan
guru-guru PNS, membuat para wakil kepala sekolah ini bertindak setengah hati.
Di satu sisi menuntut kemajuan kepada para guru, sedangkan di sisi yang lain
membiarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan pengajaran di kelas yang dilakukan
guru.
Sekolah yang efektif tentu akan menjadi sekolah idola dan
akan diserbu oleh banyak calon anak didik setiap awal tahun pelajaran dimulai.
Anak yang efektif sangat ditentukan oleh faktor rumah dan faktor sekolah yaitu
rumah yang efektif dan sekolah yang efektif pula. Kualitas seorang anak didik
sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh budaya dan suasana belajar di rumah dan
di sekolah. Beberapa faktor pendukung kualitas anak di rumah adalah seperti
tingkat sosial ekonomi dan Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua serta pengaruh
teman bermain dan hiburan. Sedangkan faktor pendukung di lingkungan sekolah
adalah seperti tingkat SDM dan kehangatan pribadi guru, fasilitas penunjang,
sarana belajar dan pengaruh budaya dan iklim belajar di sekolah itu sendiri.
Lebih dari separoh waktu kehidupan anak dihabiskan di rumah. Famili dan orang tua mempunyai peranan sangat besar dalam menentukan pribadi anak. Kualitas mereka sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan (SDM) orang tua dalam mendidik dan menumbuhkembangkan konsep belajar dalam keluarga. Kemampuan ekonomi orang tua punya peran dalam menyediakan fasilitas belajar. Ada anak dengan tingkat pendidikan orang tua rendah, biasa berhasil dalam belajar karena orang tua cukup tebal isi kantongnya untuk membiayai saran belajar. Ada lagi sebagian anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi kurang mampu, tetapi juga berhasil dalam belajar, karena orang tuanya sendiri kaya dengan wawasan SDM. Yang sangat beruntung adalah anak yang memiliki orang tua dengan SDM tinggi, kantong tebal dan teman-teman bermain memberikan pengaruh positif dalam belajar.
Lebih dari separoh waktu kehidupan anak dihabiskan di rumah. Famili dan orang tua mempunyai peranan sangat besar dalam menentukan pribadi anak. Kualitas mereka sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan (SDM) orang tua dalam mendidik dan menumbuhkembangkan konsep belajar dalam keluarga. Kemampuan ekonomi orang tua punya peran dalam menyediakan fasilitas belajar. Ada anak dengan tingkat pendidikan orang tua rendah, biasa berhasil dalam belajar karena orang tua cukup tebal isi kantongnya untuk membiayai saran belajar. Ada lagi sebagian anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi kurang mampu, tetapi juga berhasil dalam belajar, karena orang tuanya sendiri kaya dengan wawasan SDM. Yang sangat beruntung adalah anak yang memiliki orang tua dengan SDM tinggi, kantong tebal dan teman-teman bermain memberikan pengaruh positif dalam belajar.
Manajemen berbasis
sekolah sebagai suatu model pengelolaan sekolah yang memberdayakan semua
pemangku kepentingan dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
perencananaan sumber daya pendidikan unruk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Manajemen berbasis sekolah memberiakn wewenang pengambilan
keputusan bagi sekolah guna memenuhi kebutuhan sesuai dengan kondisi dan
tuntutan lingkungan masyarakat.
Proses pendidikan merupakan kegiatan
memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada
pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan
sangat bergantung pada manajemen pendidikan yang menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan
pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas
komponen dan kualitas pengelolaannya atau manaajemen pendidikannya. Kedua segi
tersebut satu sama lain saling tergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup
baik, seperti tersedianya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, juga
ditunjang dengan pengelolaan manajemen yang andal maka pencapaian tujuan tidak
akan tercapai secara optimal. Demikian pula bila pengelolaan manajemen
pendidikan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan
mengakibatkan hasil yang tidak optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari Latin, yaitu dari asal kata manus yangberarti tangan dan agree ( melakukan ). Kata – kata itu
digabung menjadi managere yang
artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke Bahasa Inggris to manage
( tata kerja ), management ( Kata
benda ), dan manager untuk orang yang
melakukannya. Management
diterjemahkanke Bahasa Indonesia menjadi manajemen ( pengelolaan ).
Menurut Parker ( Stoner &
Freeman, 2000) dalam Husaini ( 2013) adalah seni melaksanakan pekerjaan melalui
orang-orang (the art of getting things
done trough people) . Sapre (2002) menyatakan bahwa manajemen adalah
serangkaian kegiatan yang diarahkan langsung untuk penggunaan sumber daya
organisasi secar efektif dan efisien
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Manajemen menurut Hughes, et al
dalam Husiani ( 2013 ) adalah berkenaan dengan efisensi, perencanaan, kertas
kerja, prosedur, pelaksanaan regulasi, pengawasan, dan konsistensi.
Manajemen pada dasarnya adalah upaya
mengatur segala sesuatu ( sumber daya ) untuk mencapai suatu tujuan, jadi
manajemen adalah proses pengintegrasian sumber-sumber yang tidak berhubungan
menjadi sistem totalitas untuk menyelesaikan tujuan ( Ambarita, 2013:190).
George R. terry yang dalam bukunya “
Principles of Management “ menyebutkan
bahwa manajemen merupakan sebuuah proses yang khas, terdiri dari tindakan – tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan yang dilakukan untuk menetukan serta mencapai sarana
– sarana yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta
sumber-sumber lainnya.
Menurut Terry dalam Ambarita (
2013:190) manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh
individu – individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindkan
–tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan
tentang apa yang harus mereka lakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya,
memahami bagaimana mereka harus melakukan dan mengukur dari usaha – usaha
mereka.
Dengan demikian manajemen dalam arti
luas adalah perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan ( P3 ) sumber daya organsasi
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah yang
meliputi : perencanaan program sekolah/madrasah, pelaksanaan program
sekolah/madrasah kepemimpiana kepala sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi dan system informasi sekolah/madrasah
B. Pengertian Pendidikan
Defenisi pendidikan menurut
Langevell dalam Husaini ( 2013) menyatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakna
manusia. Menurut Kihajar Dewantara (1977), “ pendidikan yaitu terutama di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak.” Selanjutnya menurut Ki Hajar Dewantara, “
Pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan
batin, karakter), pikiran (intellect)
dan tubuh anak.
Menurut Redja Mudyaharjo (1998)
menyatakan bahwa pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
Dalam defenisi sempit Redja Mudyaharjo ( 1998 ) juga menyatakan bahwa
pendidikan adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Pendidikan juga diartikan segala pengaruh yang diuoayakan
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai
kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan – hubungan dan
tugas – tugas sosial mereka.
Menurut Undang - Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal I ayat (1)
dalam Eti Rochaety, dkk (2005) Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Menurut Sihombing dalam Eti
Rochaety, dkk (2005) pendidikan mengandung pokok-pokok penting sebagai berikut:
(1) Pendidikan adalah proses pembelajaran; (2) Pendidikan adalah proses social;
(3) Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia; (4) Pendidikan berusaha
mengubah atau mengembangkan kemampuan, sikap, dan perilaku positif; (5)
pendidikan merupakan perbuatan atau kegiatan sadar; (6) Pendidikan memiliki
dampak pada lingkungan; (7) Pendidikan berkaitan dengan cara; (8) Pendidikan
tidak berfokus pada pendidikan formal. Secara total bahwa pendidikan merupakan
suatu system yang memilki kegiatan cukup kompleks, meliputi berbagai komponen
yang berkaitan satu sama lain
C. Pengertian Manajemen Pendidikan
Menurut Bush & Coleman dalam
Husaini ( 2013 mendefenisikan manajemen pendidikan sampai saat ini tidak ada
defenisi yang dapat diterima semua pihak. Setiap ahli menyampaikan defenisinya
masing-masing sesuai engan pengetahuan dan pengalamanya. Bush mneyatakan bahwa
manajemen pendidikan haruslah terpusat pada tujuan pendidikan. Tujuan ini
memberikan arti penting terhadap arah manajemen. Manajemen diarahkan pada
pencapaian tujuan pendidikan tertentu dalam waktu tertentu. Keterkaitan antara
tujuan dan manajemen sangat dekat, tetapi dapat menimbulkan managerialsm, yaitu menekankan pada
prosedur dengan mengorbankan tujjan pendidiakan dan nilai – nilai. Manajemen
untuk tujuan pendidikan sangat penting, tetapi tujuan ini harus diosetujui oleh
sekolah dan stakeholders.
Menurut Sharma dalam Husaini ( 2013
) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu bidang studi dan praktik
yang menaruh prhatian pada pelaksanaan organisasi pendidikan. Senada dengan itu
Husaini ( 2013 ) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil belajar
peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam
mengembangkan potensi dirinya.
D. Model – model Manajamen
Pendidikan
Menurut Sharma dalam Husiani ( 2013
), model manajemen pendidikan ada enam yaitu : (1) Formal; (2) Kolegal; (3)
Politik; (4) Subjektif; (5) Mendua (
ambiguity) ; dan ( 6) Kultural.
Model formal adalah sebuah paying
yang digunakan untuk menyatukan yang sama tetapi tidak identik dengan
pendekatan – pendekatan. Formal berarti menekankan pada struktur organisasi.
Model formal meliputi model : struktur, birokratik, dan hirarkis. Model ini
menggunakan kepemimpinan mmanagerial.
Model kolegial adalah model yang
menekankan pada teori kekuasaan dan pegambilan keputusan yang dilakukan dengan
melibatkan seluruh organisasi. Model ini menggunakan kepemimpinan partisipatif.
Model politik adalah model yang menekankan pada teori pengambilan keputusan
sebagai proses tawar menawar (bargain)
selalu negosiasi. Model ini menggunakan kepemimpinan transaksional. Model
Subjektif adalah model yang menekankan pada individu – individu didalam
organisasi ketimbang organisasi secara menyeluruh. Model ini menggubakana
kepemimpinan post-modern. Model mendua adalah model yang menekankan pada
ketidakpastian atau tidak dapat diramalkan. Model ini menggunakan kepemimpinan
kontingensi. Model kultural adalah model yang menekankan aspek informal
organisasi dengan focus pada nilai – nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma,
tradisi-tardisi menurut persefsi individu-individu. Model ini menggunakan
kepemimpinan kepimimpinan moral.
E. Tujuan dan Manfaat Manajemen
Pendidikan
Tujuan dan manfaat manajmen
pendidikan menurut Husaini ( 2013 ) antara lain :
·
Terwujudnya suasana belajar dan proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna (
PAIKEM);
·
Terciptanya peserta didik yang aktif
mengembangkan potensi dirinya;
· Terpenuhinya salah satu dari lima komptensi tenaga
kependidikan ( tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai
manajer );
· Tercapainya tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien;
· Terbekalinya tenaga kependidikan dengan
teori tentang proses dan tugas
administrasi pendidikan ( tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan
manajemen pendidikan);
· Teratasinya masalah mutu pendidikan
karena 80 % masalah mutu disebakan oleh manajemennya;
· Terciptanya perencanaan pendidikan yang
merata, bermutu, relevan, tidak bias jender dan SARA, dan akuntabel;
·
Tertciptanya citra positif pendidikan.
Substansi
yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagi proses atau disebut fungsi
amnajemen adalah : (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan (
motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan keputusan, komunikasi,
koordinsai, negosiasi, manajemen konflik, perubahan organisasi, keterammpilan
interpersonal, membangun kepercayaan, penilaian kinerja, dan kepuasan kerja);
(4) pengendalian meliputi pemantauan (monitoring),
penilaian dan pelaporan. Lebih
lanjut Ambarita ( 2013 ) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah seni dan
ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisiemn.
F. Pengertian sistem
Eti Rochaety, dkk (2005) mengemukakan beberapa
pendapat para ahli tentang pengertian sistem yaitu :
1. Sistem adalah seperangkat unsur yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi dalam satu lingkungan tertentu ( Ludwig,
1997 );
2. Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan ( A. Rapoport, 1997 );
3.
Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari
bagian – bagian yang saling mempengaruhi ( L.Ackof, 1997 )
4.
Sistem merupakan bagian –bagian yang beroperasi secara bersama-sama untuk
mencapai beberapa tujuan ( Gordon B. davis, 1995 )
5.
Sistem adalah perilaku berdasarkan tujuan tertentu, keseluruhan, keterbukaan,
terjadi transformasi, terjadi korelasi, memiliki mekanisme kontrolartinya
terdapat kekuatan yang mempersatukan dan mempertahankan system yang
bersangkutan ( William A Shorde, 1995 ).
Sedangkan menurut Budi Sutedjo (
2002) sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang
membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.
Sistem berasal dari Bahasa Yunani, system. Sistem menurut Shore &Voich
dalam Husaini ( 2013 ) adalah suatu kesuluruhan yang terdiri dari sejumlah
bagian – bagian. Geral,et.al ( 1981) mendefenissikan sistem adalah tatacara
kerja yang saling berkaitan, dan bekerjasama membentuk suatu aktivitas atau
mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem menurut Banghart ( 1990 ) ialah
sekelompok elemen – elemen yang saling berkaitan yang secara bersama-sama
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Hal serupa juga disampaikan
oleh Murdick & Ross ( 1976 ) mendefenisikan system sebagai sepreangkat
unsur yang melakukan suatu kegiatan atau membuat skema dalam rangka mencapai
tujuan dengan mengolah data dan atau energi, serta barang – barang dalam waktu
tertentu untuk menghasilkan informasi dan atau energi dan atau benda.
Sistem dapat dipandang sebagai suatu
hal yang tertutup atau terbuka. Sistem
tertutup adalah system yang tidak
dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan, sedangkan sitem terbuka ialah system yang dipengaruhi dan mempengaruhi
lingkungan. Husaini ( 2013 ) menyatakan ada tiga unsur pokok berpikir sistem ( system
thinking); (1) sains system, yaitu
eksplorasi ilmiah tentang system dalam berbagai bidang ilmu misalnya ilmu
lingkungan hidup; (2) sistem teknologi, yaitu problem yang muncul dalam
teknologi modern dan masyarakat, misalnya hardware,
software dan brainware; (3) filsafat system, yaitu reorientasi
pemikiran dan pandanagn dunia ilmiah. Misalnya, paradigma baru yang
dikembangkan Kuhn.
Menurut Husaini (2013 ) sifat-sifat
sistem antara lain yaitu (1) selalu terdiri dari lebih dari satu subsistem; (2)
selalu merupakan bagian system yang lebih besar ( supersistem); (3) dapat
besifat tertutup dan terbuka; (4) selalu memiliki batas-batas system; (5)
sistem tertutup cenderung mengalami kemunduran ( entropi); (6) rasio input, proses dan output diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dinamis dan mempertahankan kehidupannya; (7) memerlukan umpan balik untuk menjaga
keseimbangan tersebut; (8) perubahan cepat memerlukan kewaspadaan dengan
meningkatkan mutu subsistem antara spesialisasi dan diferensiasi struktur; (9)
akibat spesialisasi dan diferensiasi, batas sistem perlu diperluas; (10)
bertambahnya interaksi dengan lingkungan mneyebabkan sulitnya pemecahan masalah
sebuah sistem karena itu muncul istilah kontingensi; ( 11) menyeluruh ( wholistic), yaitu dipahami senagai suatu kesatuan total
bukan atomistic; (12)
sinergi yaitu bekerja bersama-sama, hasilnya
lebih besar daripada bekerja sendiri-sendiri.
F. Pengertian sistem
Eti Rochaety, dkk (2005) mengemukakan beberapa
pendapat para ahli tentang pengertian sistem yaitu :
1. Sistem adalah seperangkat unsur yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi dalam satu lingkungan tertentu ( Ludwig,
1997 );
2. Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan ( A. Rapoport, 1997 );
3.
Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari
bagian – bagian yang saling mempengaruhi ( L.Ackof, 1997 )
4.
Sistem merupakan bagian –bagian yang beroperasi secara bersama-sama untuk
mencapai beberapa tujuan ( Gordon B. davis, 1995 )
5.
Sistem adalah perilaku berdasarkan tujuan tertentu, keseluruhan, keterbukaan,
terjadi transformasi, terjadi korelasi, memiliki mekanisme kontrolartinya
terdapat kekuatan yang mempersatukan dan mempertahankan system yang
bersangkutan ( William A Shorde, 1995 ).
Sedangkan menurut Budi Sutedjo (
2002) sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang
membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.
Sistem berasal dari Bahasa Yunani, system. Sistem menurut Shore &Voich
dalam Husaini ( 2013 ) adalah suatu kesuluruhan yang terdiri dari sejumlah
bagian – bagian. Geral,et.al ( 1981) mendefenissikan sistem adalah tatacara
kerja yang saling berkaitan, dan bekerjasama membentuk suatu aktivitas atau
mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem menurut Banghart ( 1990 ) ialah
sekelompok elemen – elemen yang saling berkaitan yang secara bersama-sama
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Hal serupa juga disampaikan
oleh Murdick & Ross ( 1976 ) mendefenisikan system sebagai sepreangkat
unsur yang melakukan suatu kegiatan atau membuat skema dalam rangka mencapai
tujuan dengan mengolah data dan atau energi, serta barang – barang dalam waktu
tertentu untuk menghasilkan informasi dan atau energi dan atau benda.
Sistem dapat dipandang sebagai suatu
hal yang tertutup atau terbuka. Sistem
tertutup adalah system yang tidak
dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan, sedangkan sitem terbuka ialah system yang dipengaruhi dan mempengaruhi
lingkungan. Husaini ( 2013 ) menyatakan ada tiga unsur pokok berpikir sistem ( system
thinking); (1) sains system, yaitu
eksplorasi ilmiah tentang system dalam berbagai bidang ilmu misalnya ilmu
lingkungan hidup; (2) sistem teknologi, yaitu problem yang muncul dalam
teknologi modern dan masyarakat, misalnya hardware,
software dan brainware; (3) filsafat system, yaitu reorientasi
pemikiran dan pandanagn dunia ilmiah. Misalnya, paradigma baru yang
dikembangkan Kuhn.
Menurut Husaini (2013 ) sifat-sifat
sistem antara lain yaitu (1) selalu terdiri dari lebih dari satu subsistem; (2)
selalu merupakan bagian system yang lebih besar ( supersistem); (3) dapat
besifat tertutup dan terbuka; (4) selalu memiliki batas-batas system; (5)
sistem tertutup cenderung mengalami kemunduran ( entropi); (6) rasio input, proses dan output diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dinamis dan mempertahankan kehidupannya; (7) memerlukan umpan balik untuk menjaga
keseimbangan tersebut; (8) perubahan cepat memerlukan kewaspadaan dengan
meningkatkan mutu subsistem antara spesialisasi dan diferensiasi struktur; (9)
akibat spesialisasi dan diferensiasi, batas sistem perlu diperluas; (10)
bertambahnya interaksi dengan lingkungan mneyebabkan sulitnya pemecahan masalah
sebuah sistem karena itu muncul istilah kontingensi; ( 11) menyeluruh ( wholistic), yaitu dipahami senagai suatu kesatuan total
bukan atomistic; (12)
sinergi yaitu bekerja bersama-sama, hasilnya
lebih besar daripada bekerja sendiri-sendiri.
G. Manajemen Pendidikan
Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan merupakan suatu sistem.
Didalam sistem terdapat berbagai proses yang
kemudian membetuk sub-sub sistem. Proses – proses tersebut terjadi
didalam suatu lingkungan yang kemudi disebut sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan
pendidikan secara luas inilah yang merupakan
bidang telaah masalah perencanaan pendidikan.
Suatu perencanaan pendidikan yang
komprehensifa dan berurusan dengan keseluruhan proses pendidikan, termasuk
didalamnya sub-sub sistem di dalam sistem pendidikan. Seorang perencana
pendidikan komprehensif tidak bias melepaskan diri dari berbagai sistem
tersebut. Menurut Abin Syamsudin & Udin Saefuddin ( 2009 ) terdapat
berbagai sistem dalam lingukungan pendidikan yang secara garis besarnya dibagi
empat sistem dimana ke-empat sistem tersebut merupakan satu kesatuan yang
membentuk sistem pendidikan yaitu :
·
Sistem Aktivitas Pendidikan
Pendidikan terdiri atas
sekumpulan aktivitas yang merupakan suatu proses dan membentuk suatu sistem,
yaitu sistem aktivitas pendidikan . sistem tersebut mencakup aktivitas –
aktivits perencanaan kurikulum, perencanaan sumber daya, strategi program
pembelajaran, interprogramming
komunitas sekolah, pelatihan pelayanan guru dan evaluasi.
·
Sistem Komunikasi Pendidikan
Sistem omunikasi
pendidikan dapat dibagi kedalam tiga subsistem yaitu subsistem perpindahan (movement), subsistem informasi dan
subsistemenergi.
v Subsistem
pergerakan pendidikan merupakan motivator utama secara langsung maupun tidak
langsung berkaitan dengan menetapkan lokasi berbagai jenis aktivitas pendidikan
dan mengizinkan perpindahan siswa dan bagian-bagian yang lainnya dalam wilayah
pendidikan. Subsistem perpindahan juga berkaitan dengan masalah transportasi
yang secara berhubungan dengan masalah pendidikan. Tujuan dan kebutuhan
pendidikan harus menjadi factor utama dalam menetukan bentuk struktur dan
operasi sistem perpindahan.
v Sistem
informasi pendidikan berkaitan dengan masalah – maslaha penyediaan dan pengelolaan
sarana – sarana informasi seperti telepon, televise internet dan lain-lain.
v Sistem
energi pendidikan berkaitan dengan penyediaan energi yang akan digunakan dalam
proses mpendidikan seperti listrik, AC, peneranagan dan laian-lain.
·
Sistem Fasilitas Pendidikan
Sistem fasilitas
pendidikanbertujuan untuk menyediakan linglungan fisik yang dapat membantu
tercapainya keberhasilan individu dalam proses pembelajaran. Analisis fasilitas
termasuk pada fasilitas pendidikan yang disesuaikan dengan pergerakan penduduk.
Untuk melakukan hat tersebut dapat dilakukan melalui beberapa model pendekatan
seperti yang dikemukakan William yaitu model survey visual yang memperhatikan
dua bagian pendekatan, yaitu :
v Mengidentifikasi
karakteristik tiga ( 3 ) dimensi dari ppeta kota;
v Menetukan
signifikansi
Sedangkan
menurut Jacob dan Janes model survei visual memperhatikan pada :
v Sensori
material;
v Keterhubungan
antar bagian;
v Memperhatikan
sejarah dan simbol-simbol masa lalu yang signifikan
·
Sistem Operasi Pendidikan
Sistem
operasi pendidikan mencakup segala sesuatu yang tidak secara langsung dilihat
dengan proses pembelajaran, akan tetapi cukup membantu dan mendukung fasilitas
pembelajaran diantaranya pelayanan perpustakaan, penyediaan buku-buku paket,
konseling dan bimbingan siswa, pelayanan kesehatan, dan lain-lain.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan maka dapat diambil kesimpulan
bahwa manajmen pendidikan adalah adalah seni dan ilmu mengelola sumber
daya pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil belajar peserta didik secara
aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam mengembangkan potensi dirinya.
Manajemen pendidikan juga memiliki model – model serta tujuan dan manfaat tertentu.
Pendidikan merupakan suatu sistem.
Didalam sistem terdapat berbagai proses yang
kemudian membetuk sub-sub sistem. Proses – proses tersebut terjadi
didalam suatu lingkungan yang kemudian disebut sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan
pendidikan secara luas inilah yang merupakan
bidang telaah masalah perencanaan pendidikan. Suatu perencanaan
pendidikan yang komprehensifakan berurusan dengan keseluruhan proses
pendidikan, termasuk didalamnya sub-sub sistem di dalam sistem pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita & Siburian. 2013 . Manajemen
Pendidikan dan komunikasi. Bandung: Alfabeta
Eti Rochaety, dkk. 2005. Sistem
Informasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Husaini Usman. 2013. Manajemen;
Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Yogjakarta: Bumi Aksara
Redja Mudyoharjo. 1998. Pengantar
Pendidikan. Jakarta : PT. Grafindo Persada
Udin Syaefuddin & Abin Syamsuddin
Makmun. 2009. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Rosda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar