Senin, 06 April 2020

Permasalahan dan Jawaban Seputar Filsafat ilmu


Permasalahan dan Jawaban Seputar Filsafat ilmu

Oleh : Yusmariono

Di negara-negara maju belajar Filsafat secara formal sudah dimulai dari tingkat SMA, sedangkan di Indonesia belum ada wacana, hanya pada tingkat S2 Filsafat Ilmu atau Filsafat Sains menjadi mata kuliah wajib. Jelaskanlah apa pentingnya belajar Filsafat, dan apa rencana anda mengembangkan dunia pendidikan.

Jawab :

Manusia merupakan ciptaan Tuhan tercanggih yang memiliki banyak kelebihan dibanding makhluk lainnya. Kelebihan yang paling utama ialah akal-nya. Betapa tidak, dengan akal manusia memiliki rasa ingin tahu yang diaktualisasikan dalam bentuk bertanya. Melalui akal manusia mampu memberikan jawaban-jawaban terhadap aneka pertanyaan yang diajukan, manusia yang bertanya dan manusia pula yang menjawab. Manusia sadar akan pertanyaan itu, dan sadar pula akan jawaban yang diberikannya. Sebab itulah hanya manusia yang benar-benar bereksistensi, karena hanya dia yang memiliki kesadaran dan otonomi dirinya.
Dengan akal manusia juga mampu menyamai makhluk lainnya. Burung terbang tinggi dengan daya dukung sayap yang tertata secara optimal, manusia mampu terbang dengan akalnya dalam bentuk kapal perang. Ikan berenang sampai ke dasar lautan dalam kedinginan minus sekian derajat, manusia dengan akalnya dalam bentuk kapal selam mampu menyelami dasar lautan sehari-hari, bahkan berbulan-bulan. Pendek kata manusia mampu menyelesaikan setiap masalah hanya dengan fungsionalisasi akalnya. Fungsionalisasi secara formal dilakukan dengan berfilsafat.

Tiap pribadi memiliki potensi dan watak, kepribadian dan martabat sendiri sebagai wujud kodrati alamiah insani. Sebagai manusia yang menyadari kepribadian, harga diri, kehormatan diri, hak asasi, manusia juga menyadari bahwa mereka mengemban kewajiban – kewajiban, tanggungjawab sesamanya. Manusia menyadari kewajiban dan tanggungjawab moral dan sosial seamanya. Paling tidak kesadaran dan rasa tanggungjawab untuk menghormati hak dan martabat pribadi orang lain. Pemikiran – pemikiran diatas bersumber dari ajaran filsafat, meskipun manusia dapat juga mengerti asas-asas tersebut melalui ilmu pengetahuan.
Dengan mempelajari filsafat maka diharapkan dapat mengetahui adanya kebenaran dan mempergunakannya sebagai pedoman atau pegangan dalam menjalani kehidupan. Jadi filsafat mengantarkan pemecahan masalah kehidupan yang dihadapi manusia, terutama dalam kaitannya engan hakikat kebenaran realita yang dihadapinya untuk mencapai kebenaran yang diinginkan. Oleh karena itu manusia perlu mempelajari filsafat karena mempelajarinya memiliki urgensi, yakni:
1.      Filsafat mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh (general) terhadap suatu wujud (ontologi), sekaligus memberikan konsep kebenaran (justifikasi) terhadap wujud tersebut. Hasil pemikiran filsafat dipandang benar manakala diproduksi dari pemikiran yang maksimal, dan dengan kebenaran yang dipakai tersebut manusia akan dapat bertindak benar dan bijaksana. Pemahaman yang parsial tidak jarang berakibat pada kesalahan, namun dengan pemahaman yang menyeluruh sesuatu dapat dicermati secara benar dan transparan. Dalam kaitan ini relevan pengertian filsafat yang diajukan oleh Ikhwanusshafa (dalam Nasution, 2005), yaitu: Awal filsafat mencintai ilmu, pertengahannya mengetahui hakikat segala yang ada sebatas kemampuan manusia, dan akhirnya berkata dan berbuat sesuai dengan ilmu yang dimiliki.
2.      Memperoleh kebijaksanaan. Harold H.Titus menjelaskan, apabila tujuan seni ialah kreativitas, kesempurnaan bentuk, keindahan, komunikasi dan ekspresi, maka tujuan (kegunaan) filsafat ialah pengertian dan kebijaksanaan. Oleh Karena itu, filsafat di samping mampu memberikan pengertian sekaligus memberikan gambaran dari suatu pengertian (kebenaran dibalik kebenaran). Karena adanya pengertian (kebenaran) di balik pengertian (kebenaran) inilah filsafat selalu mengajak manusia untuk bertindak bijaksana, sesuai namanya, yaitu philo dan sophia. Dengan kata lain, filsafat tidak hanya puas dengan suatu konsep sebelum menemukan konsep lain (nilai terakhir) di balik konsep tersebut, sehingga tidak latah dalam merumuskan kebenaran. Hal ini sesuai dengan karakter filsafat, yaitu meragukan setiap konsep sebelum menemukan argumentasi yang cukup untuk kebenaran konsep tersebut.
3.      Filsafat dapat memberikan kepuasan bagi seseorang/ filsuf karena kemampuannya dalam menggambarkan problem kehidupan yang sedang dan akan dihadapi, sesuai dengan keluasan pemahamannya. Hal ini identik dengan apa yang dialami Plato, bahwa berpikir dan memikirkan itu merupakan suatu kenikmatan yang luar biasa, sehingga menggambarkan filsafat (berfilsafat) sebagai kebahagaian yang maha berharga. Kecuali itu, dengan prediksi tersebut diharapkan bahwa kondisi hari ini akan mempunyai antisipasi untuk kehidupan masa depan dengan aneka kemungkinan yang serba mungkin.
4.      Filsafat dapat dijadikan sebagai dasar pijakan untuk mengadakan perobahan dunia. Jadi filsafat tidak hanya sekedar menjelaskan dunia (interpreted the world), melainkan juga merobahnya (change the world), seperti kata Karl Marx: The philosophers have only interpreted the world in different way. The poin however is to change it.
5.      Bagi kalangan agamawan, filsafat dapat dijadikan sebagai pendukung/ penguat terhadap keyakinan agama. Misalnya konsep Ketuhanan yang biasanya hanya diterima secara absolute dengan argumentasi Naqli (Al-Qur’an dan Hadits), maka filsafat akan memberikan rumusan-rumusan (argumentasi-argumentasi) yang rasional, sehingga dapat diterima secara rasional pula. Hal ini perlu untuk menjembatani lintas agama dan lintas keyakinan, sesuai dengan ekslusifisme agama, sehingga dapat ditarik titik singgung keagamaan yang universal.
6.      Bagi para mahasiswa yang ingin mengadakan kajian yang lebih mendalam tentang suatu obyek keilmuan, peran filsafat sangat signifikan. Suatu hal yang sangat penting ialah dengan filsafat manusia akan menyadari otoritas dirinya sebagai sesuatu yang eksis dan mampu memahami diri dan lingkungannya. Pengetahuan diri adalah kunci kemanusiaan, dan filsafatlah kunci itu. Maka dengan pemahaman filsafat kemanusiaan manusia akan teraktual.

Rencana mengembangkan dunia pendidikan adalah dengan melanjutkan usaha – usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dimana tujuan pendidikan itu ialah memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus menerus sehingga dapat menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah (Akhyar Yusuf, 2015) . Proses belajar terpusatkan pada perilaku dan disiplin diri. Maka rencana yang akan dilaksanakan adalah dengan penyusunan kurikulum yang menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains untuk menjadi terpelajar secara kultural. Kurikulum tersebut (Akhyar Yusuf:2015)  didasarkan pada tiga asumsi mengenai pendidikan yaitu :
1)      Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran manusiayang berlangsung terus menerus,
2)      Karena kerja pikiran  adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada gagasan-gagasan, pendidikan juga harus memfokuskan pada gagasan-gagasan.
3)      Pendidikan harus menstimulasi para siswa untuk berpikir secara mendalam mengenai gagasan – gagasan signifikan.


Sejak Munculnya pemikiran Rasionalisme oleh Rene Descartes, perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat, Jelaskan dasar pemikiran Rasionalisme sehingga ilmu tersebut cepat berkembang, dan berikan contohnya



Jawab :
           
            Dalam buku Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporer tulisan Dr. Akhyar Yusuf Lubis dituliskan bahwa Rene Descartes (nama latinnya : Renatus Cartesius) yang lahir pada tahun 1596 di La Haye dekat Tours, Perancis Barat laut mempelajari ilmu pengetahuan, teologi dan filsafat dalam dua kecenderungan : Idealisme Platonian dan Realisme Aristotelian. Sampai waktu Descartes terjun ke kancah filsafat tidak ada alternative pemikiran filsafat yang ditawarkan selain tradisi Plato dan Atristoteles. Descartes yakin bahwa kedua tradisi ini mengandung kelemahan sehingga melahirkan ketidakpastian. Descartes ,mengawali filsafat modern dengan menapaki masalah epistomologi dengan mencoba menemukan fundasi bagi kebenaran ilmu pengetahuan yang absolut dan pasti.
            Rene Descartes merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan dasar pemikiran Rasionalisme. Rasionalisme adalah aliran berpikir yang berpendapat bahwa pengetahuan yang benar mengandalkan akal dan ini menjadi dasar pengetahuan ilmiah. Mereka memandang rendah pengetahuan yang diperoleh melalui indera akan tetapi pengetahuan yang ditangkap oleh indera disebut pengetahuan bila telah dilihat melalui akal budi dan tak bisa diragukan lagi. Semakin jelas ide tertentu dalam terang akal budi semakin ide tersebut sesuai dengan realitas dan bukan sebaliknya bahwa semakin sesuai dengan realitas, ide itu semakin benar. Contohnya ilmu matematika ( ilmu Ukur )
            Rene Descartes membedakan tiga macam ide dalam diri manusia (Konrad Kebung : 2011)  yaitu :
1)      Idea Innatea ; adalah ide-ide yang dibawa manusia sejak kelahiran,
2)      Advantitious Ideas ; adalah ide-ide yang berasal dari luar diri manusia,
3)      Factitious Ideas ; ada;ah ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran sendiri
           
            Rene Descartes, setelah mengemukakan metodenya, berkeyakinan bahwa dengan metodenya itu akan dapat mengembangkan ilmu poengetahuan dan dengan itu umat manusia akan menjadi penguasa dan pemilik alam (maîtres et posseseuors de la nature). Rene Descartes menempati posisi istimewa dalam dunia filsafat sebagai Bapak Pemikir modern. Ia dianggap membawa suatu revolusi pemikiran yang dikenal dengan gagasan “cogito ergosum” (saya berpikir, maka saya ada). Ia menempatkan rasio sebagai ukuran dan penentu kebenaran. Sesuatun yang benar, jika rasional. Ia mencari dan membentuk satu ilmu induk melalui satu prosedur (metode ilmiah), yaitu metode rasional-deduktif yang ia peroleh dari metode keraguannya. Pandangannya tentang alam semesta sebagai sebuah mesin yang bergerak secara mekanis menggantikan pandangan alam teleologis pada Aristotelian ( Akhyar Yusuf : 2015).  Rasionalisme memiliki dampak penting bagi ilmu pengetahuan karena menjadi dasar berpikir logis dan munculnya sistem pemikiran yang menitikberatkan pada akal serta dalam penelitian menggunakan metode deduksi.

Contohnya : Pandangan Descartes mengenai jiwa sebagai suatu yang menjiwai/menggerakkan badan. Contoh lainnya ialah Descartes mengemukakan, bila kita mengamati lilin dan sarang madu, maka ada beberapa hal yang dappat kita indrai : lidah merasakan manisnya madu, hidung mencium baunya, mata melihatrupa dan warnanya, jari-jemari merasakan kelembutannya. Namun, kalau sarang madu itu dimasukkan kedalam satu wadah dan kita panaskan di atas api, maka sifat-sifatnya akan berubah, walaupun lilinnya tetap ada. Sifat-sifat itu seperti : cair, lunak, lemah, lentur, mudah dibentuk dan sebagainya.    ( Akhyar yusuf: 2015 ).


Jelaskan apakah perkembangan ilmu harus bebas nilai atau harus terikat dengan nilai, berikan contohnya dari sisi positif dan negatifnya.



Jawab :

            Suatu tanggapan disebut pertimbangan nilai ( value-judgement ) jika didalamnya orang mengatakan bahwa sesuatu benar atau salah. Apakah ilmu bersifat bebas nilai atau terikat dengan nilai ?. Bebas nilai adalah tuntutan bagi ilmu pengetahuan yang dikembangkan dengan tidak memperhatikan nilai-nilai lain ddiluar ilmu; agar ilmu pengetahuan dikembangkan demi ilmu pengetahuan dan tidak didasarkan pada pertimbangan lain diluar ilmu pengetahuan. ( konrad kebung : 2015). Sejauh mana ilmu pengetahuan tunduk  pada pelbagai pertimbangan diluar ilmu pengetahuan seperti politik, religious, moral, ia tidak berkembang secara otonom. Dengan itu ilmu menjadi tidak murni dan takluk pada otoritas lain diluar dirirrnya. Disini ada bahaya kebenaran dikorbankan demi nilaipnilai lain. Dengan demikian kita tidak pernah akan mencapai kebenaran ilmiah dan rasional-obyektif. Misalnya kita terpaksa berbohong demi menjaga harmoni kerja dan keutuhan masyarakat. Atau kebenaran dapat dikalahkan demi menjaga keluhuran nilai religius dan moral. Ilmu pengetahuan lalu gampang menjadi ideology dan dengannya berhenti menjadi dirinya sendiri.

            Ilmu harus bebas nilai atau harus terikat dengan nilai, tergantung pada otonomi ilmu itu mutlak lepas dari campur tangan pihak lain dan malah nanti merugikan manusia lain. Ilmu pengetahuan membri pemahaman tentang pelbagai maslaha hidup. Namun untuk apa pemahamannya, maka dilihat dari dua kecenderungan yaitu : (1) Kecenderungan puritan-elitis, (2) kecenderungan pragmatis.
(1) Kecenderungan puritan-elitis ; tujuan akhir dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu bertujuan menemukan penjelasan tentang segakla sesuatu demi kebenaran yang memuaskan rasa ingin tahu manusia. Seluruh aplikasi ilmu tidak dipersoalkan. Dengan itu ilmu pengetahuan menjadi bidang yang sangat elitis dan hanya untuk segelintir orang saja. Ilmu penegatahuan Nampak sebagai sesuatu yang mewah dan jauh dari masyarakat umum, dengan itu ilmu harus bebas nilai dan memperoleh otonomi mutlak.
(2) Kecenderunagn pragmatis ; benr dan diakui bahwa ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari penjelasan tentang berbagai persoalan dalam alam semesta ini. Namun ia tidak berhenti disini. Yang terpentinr adalah ilmu pengetahuan berguna bagi manusia dalam memecahkan permasalahan dalam hidup.

            Ada juga tanggapan lain menyatakan bahwa persoalan bebas nilai dapat diselesaikan dengn membedakan antara konteks penemuan (context of discovery ) dan konteks pembenaran ( context of justification ). Konteks penemuan selalu berkembang dalam monteks ruang dan waktu dan sosial. Ada konteks tertentu yang melahirkan ilmu pengetahuan yang mengandung nilai keinginan, kepentingan pribadi, sosial, budaya dan politik yang mendorong penelitian ilmiah. Ada sekian banyak nilai yang tercakup didalamnya seperti nilai religious,moral, tradisi dan lain-lain. Demikian pula kegiatan ilmiah dibuat tdak hanya demi kepentingan ilmiah murni, tetapi sesuatu diluar ilmu pengetahuan misalnya demi keselamatan manusia, demi penghargaan, faktor-faktor ideologis, kultural, ekonomis dan lain-lain.    
           
            Dalam konteks pembenaran (context of justification) yang terpenting adalah data atau fakta serta keabsahan metode ilmiah yang digunakan tanpa mempertimbangkan kriteria dari luar ( bukti empiris dan penalaran logis-rasional dalam membuktikan suatu hipotesis baru). Dalam konteks pembenaran inilah ilmu harus bebas nilai. Tujuannya adalah untuk melindungi obyektivitas dan hasil akhir kegiatan ilmiah demi otonomi ilmu. 

Contoh dari sisi positif adalah ilmu yang terikat dengan nilai tertentu, ini tidak dapat diragukan lagi karena hal itu menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya, yang obyektif dan dikaji secara kritis.

Contoh dari sisi negatifnya adalah ilmu tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah dan rasional-obyektif jika tidak terbebas dari nilai dan ilmu tidak akan berkembang secara otonom.

Habermas mengatakan, Ilmu pengetahuan alam terbentuk karena kepentingan-kepentingan praktis, dengan demikian tidak ada sesuatu yang benar secara sungguh, Jelaskanlah maksud dari tokoh tersebut!


Jawab :

            JÜRGEN Habermas adalah sosok filsuf pewaris pemikiran Madzhab Frankfrut. Pemikiran-pemikirannya cukup rumit dan sarat dengan rujukan metafora tapi sangat filosofis. Narasi besar pemikirannya bertumpu pada usaha pencarian sebuah teori yang secara memadai merumuskan syarat-syarat nyata perwujudan sebuah masyarakat yang bebas dari penindasan. Ia mencoba mengembangkan sebuah teori kritis. Madzhab Habermas ini terkenal dengan “Teori Kritis” atau “Teori Kritis Masyarakat” yang melemparkan sebuah kritikan serius terhadap konsep teori Positivisme dan menyebut positivisme itu sebagai saintisme karena mengadopsi metode ilmu-ilmu alam untuk menggagas unified science. Dikatakan bahwa positivisme hanya berpura-pura bertindak objektif dengan mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah bebas nilai, padahal ia menyembunyikan kekuasaan dengan mempertahankan status Quo masyarakat dan tidak mendorong perubahan.
Jika dirunut ke awal sejarahnya, memang titik tolak teori kritis sejak Horkheimer adalah berasal dari persoalan paham positivisme yang salah dalam memandang keberadaan ilmu-ilmu sosial, positivisme menganggap bahwa ilmu-ilmu sosial bebas nilai (value-free), terlepas dari praktik sosial dan moralitas, yang dapat dipakai untuk prediksi, bersifat objektif dan sebagainya. Anggapan semacam itu mengkristal menjadi suatu kepercayaan umum bahwa satu-satunya bentuk pengetahuan yang benar adalah pengetahuan ilmiah dan pengetahuan semacam itu hanya dapat diperoleh dengan menerapkan metode ilmu-ilmu alam pada ilmu-ilmu sosial

Pada hakekatnya teori kritis ini memiliki empat karakter utama yaitu :
§  Teori kritis bersifat historis, artinya teori kritis dilambangkan berdasarkan situasi masyarakat yang kongkrit dan kritik imanen yaitu kritik terhadap masyarakat yang nyata-nyata tidak manusiawi
§  Teori kritis bersifar kritis terhadap dirinya sendiri dengan cara evaluasi, kritik dan refleksi atas dirinya sendiri
§  Teori kritis menggunakan metode dialektis sehingga teori kritis memiliki kecurigaan terhadap situasi masyarakat actual
§  Teori kritis adalah teori dengan maksud praktis yaitu teori yang mendorong transformasi masyarakat dan hanya mungkin dilakukan dalam praxis

            Habermas memiliki sebuah pemikiran mengenai pengetahuan dan kepentingan. Habermas setuju dengan adorno bahwa dia molak  pengetahuan bebas dari kepentingan. Melainkan faktor kepentingan yang mendorong munculnya pengetahuan. Namun habermastidak menrima penjelasan yang sederhana seperti itu. Dai berpadangan bahwa tidak selalau pengetahuna memenuhi kepentingankalangan atas. manusia mengetahui karena memang mempunyai kepentingan akan pengetahuan. Karena itu ilmu pengetahuanmuncul murni dari dalam oleh kepentingan.

            Habermas membagi hubungan antara ilmu pengetahuan dan kepentingan menjadi tiga kategori. Pertama, ilmu-ilmu empirisanalitis. Didorong oleh kepentingan teknis, kepentingan untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Kedua, ilmu-ilmu historishermeneutis, diarahkan oleh kepentingan praktis, kepentingan untuk memahami makna. Ketiga, ilmu-ilmu kritis, didorong olehkepentingan emansipatoris, kepentingan untuk membebaskan. Contoh, filsafat, psikoanalisis. Tiga kepentinga di atas dalam istilah habermas disebut kuasi transcendental karena tidak termasuk empiris karena masuk tanpadisadari. Tiga kepentingan diatas juga sejajar dengan tiga medan kehidupan manusia: alam, masyarakat, dan kekuasaan.


Perkembangan ilmu agama selalu terlambat daripada perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga agama selalu mencurigai ilmu pengetahuan, dan kadang menghukumnya dengan dalil-dalil yang tidak dapat diterima ilmuan/secara ilmiah, jelaskan tanggapan anda  dan berikan contoh konkret!



Jawab :
            Ilmu agama merupakan ilmu yang bersumber dari iman ( wahyu Tuhan ).  Sedangkan ilmu pengetahuan bersumber dari pengalaman dan rasio. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa kita tidak perlu menggunakan rasio dalam kehidupan beragama kita. Filsafat adalah induk pengetahuan, filsafat adalah teori tentang kebenaran. Filsafat mengedepankan rasionalitas, pondasi awal dari segala macam disiplin ilmu yang ada. Filsafat juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal. Sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.Filsafat bersifat spekulatif. Mendekati agak mutlak. Kebenaran dari filsafat kadang berupa keragu-raguan yang belum bisa dipastikan kebenarannya.
            Filsafat timbul kerana adanya suatu kepercayaan dan dianggap benar. Sehingga muncullah suatu teori yang menyatakan kebenaran tersebut .Agama adalah lahir sebagai pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia. suatu keyakinan yang mempercayai bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Agama lahir tidak didasari dengan riset, rasis, ataupun uji coba. Melainkan lahir dari proses peciptaan zat yang berada di luar jangkauan manusia. Agama diyakini berasal dariTtuhan dengan wahyu-wahyu-Nya. Agama adalah suatu perantara yang bisa mengantarkan manusia mencapai kepuasan hidup yang tidak bisa di dapat dalam ilmu-ilmu lain. Kebenaran agama bersifat mutlak atau absolute. Agama memakai metode-metode persuasif untuk menjelaskannya gagasan-gagasannya yang diketahui dengan membayangkannya lewat kemiripan-kemiripan yang merupakan tiruan dari mereka, dan pembenaran terhadap apa yang dibayangkan atas mereka disebabkan oleh metode-metode persuasif, maka orang-orang terdahulu menyebut sesuatu yang membentuk pengetahan-pengetahuan ini adalah agama.
            Ilmu pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh oleh akal sehat, ilmiah, empiris dan logis. Ilmu adalah cabang pengetahuan yang berkembang pesat dari waktu ke waktu. Segala sesuatu yang berawal dari pemikiran logis dengan aksi yang ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan dengan sebuah bukti yang konkret. Harus mempercayai paradigma serta metode-metode yang jelas yang juga dikorelasikan dengan bukti yang empiris yang mampu diterapkan secara transparan. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat nisbi atau relative. Keragu-raguan tentang agama, filsafat bisa memberikan jawaban tentang kebenarannya. Ilmu pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja.
            Makna agama memang agak sulit dan sangat subyektif. Karena pandangan orang terhadap agama berbeda-beda. Ada yang memandangnya sebagai suatu institusi yang diwahyukan oleh Tuhan kepada orang yang dipilihnya sebagai nabi atau rasulnya, dengan ketentuan-ketentuan yang telah pasti. Ada yang memandangnya sebagai hasil kebudayaan, hasil pemikiran manusia, dan ada pula yang memandangnya sebagai hasil dari pemikiran orang orang yang jenius, tetapi ada pula yang menganggapnya sebagai hasil lamunan, fantasi, ilustrasi (Syafa’at, 1965). Yang membuat ilmu pengetahuan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan agama menurut Mukti Ali minimal ada tiga alasan berkaitan dengan hal ini,yakni:
1). Karena pengalaman agama adalah soal batiniah dan subyektif, juga sangat individualistis,        tiap orang mengartikan agama itu sesuai dengan pengalamannya sendiri, atau sesuai    dengan pengalaman agama sendiri. Oleh karena itu tidak ada orang yang bertukar           pikiran tentang pengalaman agamanya dapat membicarakan satu soal yang sama.    Berbeda sekali dengan ilmu pengetahuan yang selalu dikaji, dibahas secara ilmiah sehingga selalu menjadi bahan diskusi dan banyak sekali dibicarakan.
2). Bahwa barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional lebih dari pada             membicarakan agama, karena agama merupakan hal yang sakti dan luhur. Berbeda             dengan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang.
3). Bahwa konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama itu. Orang yang giat pergi ke Mesjid atau Gereja, ahli tasawuf atau mistik akan condong untuk menekankan kebatinannya. Sedangkan ahli antropologi     yang mempelajari agama condong untuk mengartikannya sebagai kegiatan-kegiatan        dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat diamati (Manaf, 2000).

DAFTAR PUSTAKA

Aklyar Yusuf Lubis. 2015. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer  Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Konrad Kebung. 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta. Prestasi Pustaka  Publisher.
Usiono. 2011. Aliran – Aliran Filsafat Pendidikan. Medan. Perdana Publishing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar