Permasalahan dan Jawaban Seputar Filsafat ilmu
Oleh : Yusmariono
Di
negara-negara maju belajar Filsafat secara formal sudah dimulai dari
tingkat SMA, sedangkan di Indonesia belum ada wacana, hanya pada tingkat
S2 Filsafat Ilmu atau Filsafat Sains menjadi mata kuliah wajib.
Jelaskanlah apa pentingnya belajar Filsafat, dan apa rencana anda
mengembangkan dunia pendidikan.
Jawab :
Manusia
merupakan ciptaan Tuhan tercanggih yang
memiliki banyak kelebihan dibanding makhluk lainnya. Kelebihan yang paling
utama ialah akal-nya. Betapa tidak, dengan akal manusia memiliki rasa ingin
tahu yang diaktualisasikan dalam bentuk bertanya. Melalui akal manusia mampu
memberikan jawaban-jawaban terhadap aneka pertanyaan yang diajukan, manusia
yang bertanya dan manusia pula yang menjawab. Manusia sadar akan pertanyaan
itu, dan sadar pula akan jawaban yang diberikannya. Sebab itulah hanya manusia
yang benar-benar bereksistensi, karena hanya dia yang memiliki kesadaran dan
otonomi dirinya.
Dengan
akal manusia juga mampu menyamai makhluk lainnya. Burung terbang tinggi dengan
daya dukung sayap yang tertata secara optimal, manusia mampu terbang dengan
akalnya dalam bentuk kapal perang. Ikan berenang sampai ke dasar lautan dalam
kedinginan minus sekian derajat, manusia dengan akalnya dalam bentuk kapal
selam mampu menyelami dasar lautan sehari-hari, bahkan berbulan-bulan. Pendek
kata manusia mampu menyelesaikan setiap masalah hanya dengan fungsionalisasi akalnya.
Fungsionalisasi secara formal dilakukan dengan berfilsafat.
Tiap pribadi memiliki potensi dan watak, kepribadian
dan martabat sendiri sebagai wujud kodrati alamiah insani. Sebagai manusia yang
menyadari kepribadian, harga diri, kehormatan diri, hak asasi, manusia juga
menyadari bahwa mereka mengemban kewajiban – kewajiban, tanggungjawab
sesamanya. Manusia menyadari kewajiban dan tanggungjawab moral dan sosial
seamanya. Paling tidak kesadaran dan rasa tanggungjawab untuk menghormati hak
dan martabat pribadi orang lain. Pemikiran – pemikiran diatas bersumber dari
ajaran filsafat, meskipun manusia dapat juga mengerti asas-asas tersebut
melalui ilmu pengetahuan.
Dengan mempelajari filsafat maka diharapkan dapat
mengetahui adanya kebenaran dan mempergunakannya sebagai pedoman atau pegangan
dalam menjalani kehidupan. Jadi filsafat mengantarkan pemecahan masalah
kehidupan yang dihadapi manusia, terutama dalam kaitannya engan hakikat
kebenaran realita yang dihadapinya untuk mencapai kebenaran yang diinginkan.
Oleh karena itu
manusia perlu mempelajari filsafat karena mempelajarinya memiliki urgensi,
yakni:
1.
Filsafat mampu memberikan pemahaman yang
menyeluruh (general) terhadap suatu wujud (ontologi), sekaligus memberikan
konsep kebenaran (justifikasi) terhadap wujud tersebut. Hasil pemikiran
filsafat dipandang benar manakala diproduksi dari pemikiran yang maksimal, dan
dengan kebenaran yang dipakai tersebut manusia akan dapat bertindak benar dan
bijaksana. Pemahaman yang parsial tidak jarang berakibat pada kesalahan, namun
dengan pemahaman yang menyeluruh sesuatu dapat dicermati secara benar dan
transparan. Dalam kaitan ini relevan pengertian filsafat yang diajukan oleh
Ikhwanusshafa (dalam Nasution, 2005), yaitu: Awal filsafat mencintai ilmu,
pertengahannya mengetahui hakikat segala yang ada sebatas kemampuan manusia,
dan akhirnya berkata dan berbuat sesuai dengan ilmu yang dimiliki.
2.
Memperoleh kebijaksanaan. Harold H.Titus
menjelaskan, apabila tujuan seni ialah kreativitas, kesempurnaan bentuk,
keindahan, komunikasi dan ekspresi, maka tujuan (kegunaan) filsafat ialah
pengertian dan kebijaksanaan. Oleh Karena itu, filsafat di samping mampu
memberikan pengertian sekaligus memberikan gambaran dari suatu pengertian
(kebenaran dibalik kebenaran). Karena adanya pengertian (kebenaran) di balik
pengertian (kebenaran) inilah filsafat selalu mengajak manusia untuk bertindak
bijaksana, sesuai namanya, yaitu philo
dan sophia. Dengan kata lain,
filsafat tidak hanya puas dengan suatu konsep sebelum menemukan konsep lain
(nilai terakhir) di balik konsep tersebut, sehingga tidak latah dalam
merumuskan kebenaran. Hal ini sesuai dengan karakter filsafat, yaitu meragukan
setiap konsep sebelum menemukan argumentasi yang cukup untuk kebenaran konsep
tersebut.
3.
Filsafat dapat memberikan kepuasan bagi
seseorang/ filsuf karena kemampuannya dalam menggambarkan problem kehidupan
yang sedang dan akan dihadapi, sesuai dengan keluasan pemahamannya. Hal ini
identik dengan apa yang dialami Plato, bahwa berpikir dan memikirkan itu
merupakan suatu kenikmatan yang luar biasa, sehingga menggambarkan filsafat
(berfilsafat) sebagai kebahagaian yang maha berharga. Kecuali itu, dengan
prediksi tersebut diharapkan bahwa kondisi hari ini akan mempunyai antisipasi
untuk kehidupan masa depan dengan aneka kemungkinan yang serba mungkin.
4.
Filsafat dapat dijadikan sebagai dasar
pijakan untuk mengadakan perobahan dunia. Jadi filsafat tidak hanya sekedar
menjelaskan dunia (interpreted the world),
melainkan juga merobahnya (change the
world), seperti kata Karl Marx: The
philosophers have only interpreted the world in different way. The poin however
is to change it.
5.
Bagi kalangan agamawan, filsafat dapat
dijadikan sebagai pendukung/ penguat terhadap keyakinan agama. Misalnya konsep
Ketuhanan yang biasanya hanya diterima secara absolute dengan argumentasi Naqli (Al-Qur’an dan Hadits), maka
filsafat akan memberikan rumusan-rumusan (argumentasi-argumentasi) yang
rasional, sehingga dapat diterima secara rasional pula. Hal ini perlu untuk
menjembatani lintas agama dan lintas keyakinan, sesuai dengan ekslusifisme agama, sehingga dapat
ditarik titik singgung keagamaan yang universal.
6.
Bagi para mahasiswa yang ingin
mengadakan kajian yang lebih mendalam tentang suatu obyek keilmuan, peran
filsafat sangat signifikan. Suatu hal yang sangat penting ialah dengan filsafat
manusia akan menyadari otoritas dirinya sebagai sesuatu yang eksis dan mampu
memahami diri dan lingkungannya. Pengetahuan diri adalah kunci kemanusiaan, dan
filsafatlah kunci itu. Maka dengan pemahaman filsafat kemanusiaan manusia akan
teraktual.
Rencana mengembangkan dunia pendidikan adalah dengan
melanjutkan usaha – usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dimana tujuan
pendidikan itu ialah memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat
untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara
terus menerus sehingga dapat menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah
(Akhyar Yusuf, 2015) . Proses belajar terpusatkan pada perilaku dan disiplin
diri. Maka rencana yang akan dilaksanakan adalah dengan penyusunan kurikulum yang
menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains untuk menjadi
terpelajar secara kultural. Kurikulum tersebut (Akhyar Yusuf:2015) didasarkan pada tiga asumsi mengenai
pendidikan yaitu :
1)
Pendidikan harus mengangkat pencarian
kebenaran manusiayang berlangsung terus menerus,
2)
Karena kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan
pada gagasan-gagasan, pendidikan juga harus memfokuskan pada gagasan-gagasan.
3)
Pendidikan harus menstimulasi para siswa
untuk berpikir secara mendalam mengenai gagasan – gagasan signifikan.
Sejak
Munculnya pemikiran Rasionalisme oleh Rene Descartes, perkembangan ilmu
pengetahuan sangat pesat, Jelaskan dasar pemikiran Rasionalisme sehingga
ilmu tersebut cepat berkembang, dan berikan contohnya
Jawab :
Dalam buku Filsafat
Ilmu Klasik hingga Kontemporer tulisan Dr. Akhyar Yusuf Lubis dituliskan bahwa
Rene Descartes (nama latinnya : Renatus
Cartesius) yang lahir pada tahun 1596 di La Haye dekat Tours, Perancis
Barat laut mempelajari ilmu pengetahuan, teologi dan filsafat dalam dua
kecenderungan : Idealisme Platonian dan Realisme Aristotelian. Sampai waktu
Descartes terjun ke kancah filsafat tidak ada alternative pemikiran filsafat
yang ditawarkan selain tradisi Plato dan Atristoteles. Descartes yakin bahwa
kedua tradisi ini mengandung kelemahan sehingga melahirkan ketidakpastian.
Descartes ,mengawali filsafat modern dengan menapaki masalah epistomologi
dengan mencoba menemukan fundasi bagi kebenaran ilmu pengetahuan yang absolut
dan pasti.
Rene Descartes
merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan dasar pemikiran Rasionalisme.
Rasionalisme adalah aliran berpikir yang berpendapat bahwa pengetahuan yang
benar mengandalkan akal dan ini menjadi dasar pengetahuan ilmiah. Mereka
memandang rendah pengetahuan yang diperoleh melalui indera akan tetapi
pengetahuan yang ditangkap oleh indera disebut pengetahuan bila telah dilihat
melalui akal budi dan tak bisa diragukan lagi. Semakin jelas ide tertentu dalam
terang akal budi semakin ide tersebut sesuai dengan realitas dan bukan
sebaliknya bahwa semakin sesuai dengan realitas, ide itu semakin benar.
Contohnya ilmu matematika ( ilmu Ukur )
Rene Descartes
membedakan tiga macam ide dalam diri manusia (Konrad Kebung : 2011) yaitu :
1)
Idea Innatea ; adalah ide-ide yang
dibawa manusia sejak kelahiran,
2)
Advantitious Ideas ; adalah ide-ide yang
berasal dari luar diri manusia,
3)
Factitious Ideas ; ada;ah ide-ide yang
dihasilkan oleh pikiran sendiri
Rene Descartes, setelah
mengemukakan metodenya, berkeyakinan bahwa dengan metodenya itu akan dapat
mengembangkan ilmu poengetahuan dan dengan itu umat manusia akan menjadi
penguasa dan pemilik alam (maîtres et
posseseuors de la nature). Rene Descartes menempati posisi istimewa dalam
dunia filsafat sebagai Bapak Pemikir modern. Ia dianggap membawa suatu revolusi
pemikiran yang dikenal dengan gagasan “cogito
ergosum” (saya berpikir, maka saya ada). Ia menempatkan rasio sebagai
ukuran dan penentu kebenaran. Sesuatun yang benar, jika rasional. Ia mencari
dan membentuk satu ilmu induk melalui satu prosedur (metode ilmiah), yaitu
metode rasional-deduktif yang ia peroleh dari metode keraguannya. Pandangannya
tentang alam semesta sebagai sebuah mesin yang bergerak secara mekanis
menggantikan pandangan alam teleologis pada Aristotelian ( Akhyar Yusuf :
2015). Rasionalisme memiliki dampak
penting bagi ilmu pengetahuan karena menjadi dasar berpikir logis dan munculnya
sistem pemikiran yang menitikberatkan pada akal serta dalam penelitian
menggunakan metode deduksi.
Contohnya : Pandangan Descartes mengenai jiwa sebagai suatu yang
menjiwai/menggerakkan badan. Contoh lainnya ialah Descartes mengemukakan, bila
kita mengamati lilin dan sarang madu, maka ada beberapa hal yang dappat kita
indrai : lidah merasakan manisnya madu, hidung mencium baunya, mata melihatrupa
dan warnanya, jari-jemari merasakan kelembutannya. Namun, kalau sarang madu itu
dimasukkan kedalam satu wadah dan kita panaskan di atas api, maka
sifat-sifatnya akan berubah, walaupun lilinnya tetap ada. Sifat-sifat itu
seperti : cair, lunak, lemah, lentur, mudah dibentuk dan sebagainya. ( Akhyar yusuf: 2015 ).
Jelaskan
apakah perkembangan ilmu harus bebas nilai atau harus terikat dengan
nilai, berikan contohnya dari sisi positif dan negatifnya.
Jawab :
Suatu tanggapan disebut
pertimbangan nilai ( value-judgement ) jika didalamnya orang mengatakan bahwa
sesuatu benar atau salah. Apakah ilmu bersifat bebas nilai atau terikat dengan
nilai ?. Bebas nilai adalah tuntutan bagi ilmu pengetahuan yang dikembangkan
dengan tidak memperhatikan nilai-nilai lain ddiluar ilmu; agar ilmu pengetahuan
dikembangkan demi ilmu pengetahuan dan tidak didasarkan pada pertimbangan lain
diluar ilmu pengetahuan. ( konrad kebung : 2015). Sejauh mana ilmu pengetahuan
tunduk pada pelbagai pertimbangan diluar
ilmu pengetahuan seperti politik, religious, moral, ia tidak berkembang secara
otonom. Dengan itu ilmu menjadi tidak murni dan takluk pada otoritas lain
diluar dirirrnya. Disini ada bahaya kebenaran dikorbankan demi nilaipnilai
lain. Dengan demikian kita tidak pernah akan mencapai kebenaran ilmiah dan
rasional-obyektif. Misalnya kita terpaksa berbohong demi menjaga harmoni kerja
dan keutuhan masyarakat. Atau kebenaran dapat dikalahkan demi menjaga keluhuran
nilai religius dan moral. Ilmu pengetahuan lalu gampang menjadi ideology dan
dengannya berhenti menjadi dirinya sendiri.
Ilmu harus bebas nilai
atau harus terikat dengan nilai, tergantung pada otonomi ilmu itu mutlak lepas
dari campur tangan pihak lain dan malah nanti merugikan manusia lain. Ilmu
pengetahuan membri pemahaman tentang pelbagai maslaha hidup. Namun untuk apa pemahamannya,
maka dilihat dari dua kecenderungan yaitu : (1) Kecenderungan puritan-elitis,
(2) kecenderungan pragmatis.
(1)
Kecenderungan puritan-elitis ; tujuan akhir dari ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu bertujuan menemukan penjelasan tentang segakla sesuatu demi kebenaran yang
memuaskan rasa ingin tahu manusia. Seluruh aplikasi ilmu tidak dipersoalkan.
Dengan itu ilmu pengetahuan menjadi bidang yang sangat elitis dan hanya untuk
segelintir orang saja. Ilmu penegatahuan Nampak sebagai sesuatu yang mewah dan
jauh dari masyarakat umum, dengan itu ilmu harus bebas nilai dan memperoleh
otonomi mutlak.
(2)
Kecenderunagn pragmatis ; benr dan diakui bahwa ilmu pengetahuan bertujuan
untuk mencari penjelasan tentang berbagai persoalan dalam alam semesta ini.
Namun ia tidak berhenti disini. Yang terpentinr adalah ilmu pengetahuan berguna
bagi manusia dalam memecahkan permasalahan dalam hidup.
Ada juga tanggapan lain
menyatakan bahwa persoalan bebas nilai dapat diselesaikan dengn membedakan
antara konteks penemuan (context of
discovery ) dan konteks pembenaran (
context of justification ). Konteks penemuan selalu berkembang dalam
monteks ruang dan waktu dan sosial. Ada konteks tertentu yang melahirkan ilmu
pengetahuan yang mengandung nilai keinginan, kepentingan pribadi, sosial,
budaya dan politik yang mendorong penelitian ilmiah. Ada sekian banyak nilai
yang tercakup didalamnya seperti nilai religious,moral, tradisi dan lain-lain.
Demikian pula kegiatan ilmiah dibuat tdak hanya demi kepentingan ilmiah murni,
tetapi sesuatu diluar ilmu pengetahuan misalnya demi keselamatan manusia, demi
penghargaan, faktor-faktor ideologis, kultural, ekonomis dan lain-lain.
Dalam konteks
pembenaran (context of justification) yang
terpenting adalah data atau fakta serta keabsahan metode ilmiah yang digunakan
tanpa mempertimbangkan kriteria dari luar ( bukti empiris dan penalaran
logis-rasional dalam membuktikan suatu hipotesis baru). Dalam konteks
pembenaran inilah ilmu harus bebas nilai. Tujuannya adalah untuk melindungi
obyektivitas dan hasil akhir kegiatan ilmiah demi otonomi ilmu.
Contoh dari sisi positif adalah ilmu yang terikat dengan nilai tertentu,
ini tidak dapat diragukan lagi karena hal itu menghasilkan pengetahuan yang
dapat dipercaya, yang obyektif dan dikaji secara kritis.
Contoh dari sisi negatifnya adalah ilmu tidak akan pernah mencapai
kebenaran ilmiah dan rasional-obyektif jika tidak terbebas dari nilai dan ilmu
tidak akan berkembang secara otonom.
Habermas
mengatakan, Ilmu pengetahuan alam terbentuk karena kepentingan-kepentingan
praktis, dengan demikian tidak ada sesuatu yang benar secara sungguh,
Jelaskanlah maksud dari tokoh tersebut!
Jawab :
JÜRGEN Habermas adalah sosok filsuf
pewaris pemikiran Madzhab Frankfrut. Pemikiran-pemikirannya cukup rumit dan
sarat dengan rujukan metafora tapi sangat filosofis. Narasi besar pemikirannya
bertumpu pada usaha pencarian sebuah teori yang secara memadai merumuskan
syarat-syarat nyata perwujudan sebuah masyarakat yang bebas dari penindasan. Ia
mencoba mengembangkan sebuah teori kritis. Madzhab Habermas ini terkenal dengan
“Teori Kritis” atau “Teori Kritis Masyarakat” yang melemparkan sebuah kritikan
serius terhadap konsep teori Positivisme dan menyebut positivisme itu sebagai
saintisme karena mengadopsi metode ilmu-ilmu alam untuk menggagas unified
science. Dikatakan bahwa positivisme hanya berpura-pura bertindak objektif
dengan mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah bebas nilai, padahal ia
menyembunyikan kekuasaan dengan mempertahankan status Quo masyarakat dan tidak
mendorong perubahan.
Jika dirunut ke awal sejarahnya, memang titik tolak teori kritis sejak Horkheimer adalah berasal dari persoalan paham positivisme yang salah dalam memandang keberadaan ilmu-ilmu sosial, positivisme menganggap bahwa ilmu-ilmu sosial bebas nilai (value-free), terlepas dari praktik sosial dan moralitas, yang dapat dipakai untuk prediksi, bersifat objektif dan sebagainya. Anggapan semacam itu mengkristal menjadi suatu kepercayaan umum bahwa satu-satunya bentuk pengetahuan yang benar adalah pengetahuan ilmiah dan pengetahuan semacam itu hanya dapat diperoleh dengan menerapkan metode ilmu-ilmu alam pada ilmu-ilmu sosial
Jika dirunut ke awal sejarahnya, memang titik tolak teori kritis sejak Horkheimer adalah berasal dari persoalan paham positivisme yang salah dalam memandang keberadaan ilmu-ilmu sosial, positivisme menganggap bahwa ilmu-ilmu sosial bebas nilai (value-free), terlepas dari praktik sosial dan moralitas, yang dapat dipakai untuk prediksi, bersifat objektif dan sebagainya. Anggapan semacam itu mengkristal menjadi suatu kepercayaan umum bahwa satu-satunya bentuk pengetahuan yang benar adalah pengetahuan ilmiah dan pengetahuan semacam itu hanya dapat diperoleh dengan menerapkan metode ilmu-ilmu alam pada ilmu-ilmu sosial
Pada hakekatnya teori kritis ini memiliki empat
karakter utama yaitu :
§ Teori
kritis bersifat historis, artinya teori kritis dilambangkan berdasarkan situasi
masyarakat yang kongkrit dan kritik imanen yaitu kritik terhadap masyarakat
yang nyata-nyata tidak manusiawi
§ Teori
kritis bersifar kritis terhadap dirinya sendiri dengan cara evaluasi, kritik
dan refleksi atas dirinya sendiri
§ Teori
kritis menggunakan metode dialektis sehingga teori kritis memiliki kecurigaan
terhadap situasi masyarakat actual
§ Teori
kritis adalah teori dengan maksud praktis yaitu teori yang mendorong
transformasi masyarakat dan hanya mungkin dilakukan dalam praxis
Habermas memiliki sebuah pemikiran mengenai
pengetahuan dan kepentingan. Habermas
setuju dengan adorno bahwa dia molak pengetahuan
bebas dari kepentingan. Melainkan faktor
kepentingan yang mendorong munculnya pengetahuan. Namun habermastidak menrima
penjelasan yang sederhana seperti itu. Dai berpadangan bahwa tidak selalau
pengetahuna memenuhi kepentingankalangan atas. manusia mengetahui karena memang
mempunyai kepentingan akan pengetahuan. Karena itu ilmu pengetahuanmuncul murni
dari dalam oleh kepentingan.
Habermas
membagi hubungan antara ilmu pengetahuan dan kepentingan menjadi tiga kategori.
Pertama, ilmu-ilmu empirisanalitis. Didorong oleh kepentingan teknis,
kepentingan untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Kedua, ilmu-ilmu
historishermeneutis, diarahkan oleh kepentingan praktis, kepentingan untuk memahami
makna. Ketiga, ilmu-ilmu kritis, didorong olehkepentingan emansipatoris,
kepentingan untuk membebaskan. Contoh, filsafat, psikoanalisis. Tiga
kepentinga di atas dalam istilah habermas disebut kuasi transcendental karena
tidak termasuk empiris karena masuk tanpadisadari. Tiga kepentingan diatas juga
sejajar dengan tiga medan kehidupan manusia: alam, masyarakat, dan kekuasaan.
Perkembangan
ilmu agama selalu terlambat daripada perkembangan ilmu pengetahuan,
sehingga agama selalu mencurigai ilmu pengetahuan, dan kadang menghukumnya
dengan dalil-dalil yang tidak dapat diterima ilmuan/secara ilmiah,
jelaskan tanggapan anda dan berikan
contoh konkret!
Jawab :
Ilmu agama merupakan ilmu yang
bersumber dari iman ( wahyu Tuhan ). Sedangkan
ilmu pengetahuan bersumber dari pengalaman dan rasio. Meskipun demikian, bukan
berarti bahwa kita tidak perlu menggunakan rasio dalam kehidupan beragama kita.
Filsafat adalah induk pengetahuan, filsafat adalah teori tentang kebenaran.
Filsafat mengedepankan rasionalitas, pondasi awal dari segala macam disiplin
ilmu yang ada. Filsafat juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan
sungguh-sungguh, serta radikal. Sehingga mencapai hakikat segala situasi
tersebut.Filsafat bersifat spekulatif. Mendekati agak mutlak. Kebenaran dari
filsafat kadang berupa keragu-raguan yang belum bisa dipastikan kebenarannya.
Filsafat timbul kerana adanya suatu
kepercayaan dan dianggap benar. Sehingga muncullah suatu teori yang menyatakan
kebenaran tersebut .Agama adalah lahir
sebagai pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia. suatu keyakinan yang
mempercayai bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan.
Agama lahir tidak didasari dengan riset, rasis, ataupun uji coba. Melainkan
lahir dari proses peciptaan zat yang berada di luar jangkauan manusia. Agama
diyakini berasal dariTtuhan dengan wahyu-wahyu-Nya. Agama adalah suatu
perantara yang bisa mengantarkan manusia mencapai kepuasan hidup yang tidak
bisa di dapat dalam ilmu-ilmu lain. Kebenaran agama bersifat mutlak atau
absolute. Agama memakai metode-metode persuasif untuk menjelaskannya
gagasan-gagasannya yang diketahui dengan membayangkannya lewat
kemiripan-kemiripan yang merupakan tiruan dari mereka, dan pembenaran terhadap
apa yang dibayangkan atas mereka disebabkan oleh metode-metode persuasif, maka
orang-orang terdahulu menyebut sesuatu yang membentuk pengetahan-pengetahuan
ini adalah agama.
Ilmu pengetahuan adalah suatu hasil
yang diperoleh oleh akal sehat, ilmiah, empiris dan logis. Ilmu adalah cabang
pengetahuan yang berkembang pesat dari waktu ke waktu. Segala sesuatu yang
berawal dari pemikiran logis dengan aksi yang ilmiah serta dapat
dipertanggungjawabkan dengan sebuah bukti yang konkret. Harus mempercayai
paradigma serta metode-metode yang jelas yang juga dikorelasikan dengan bukti
yang empiris yang mampu diterapkan secara transparan. Kebenaran ilmu
pengetahuan bersifat nisbi atau relative. Keragu-raguan tentang agama, filsafat
bisa memberikan jawaban tentang kebenarannya. Ilmu pengetahuan sifatnya taat
fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek
kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu
pengetahuan objeknya dibatasi,
misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja.
Makna agama memang agak sulit dan
sangat subyektif. Karena pandangan orang terhadap agama berbeda-beda. Ada yang
memandangnya sebagai suatu institusi yang diwahyukan oleh Tuhan kepada orang
yang dipilihnya sebagai nabi atau rasulnya, dengan ketentuan-ketentuan yang
telah pasti. Ada yang memandangnya sebagai hasil kebudayaan, hasil pemikiran
manusia, dan ada pula yang memandangnya sebagai hasil dari pemikiran orang
orang yang jenius, tetapi ada pula yang menganggapnya sebagai hasil lamunan,
fantasi, ilustrasi (Syafa’at, 1965). Yang membuat ilmu pengetahuan lebih cepat
berkembang dibandingkan dengan agama menurut Mukti Ali minimal ada tiga alasan
berkaitan dengan hal ini,yakni:
1). Karena pengalaman agama adalah soal batiniah dan subyektif, juga sangat individualistis, tiap orang mengartikan agama itu sesuai dengan pengalamannya sendiri, atau sesuai dengan pengalaman agama sendiri. Oleh karena itu tidak ada orang yang bertukar pikiran tentang pengalaman agamanya dapat membicarakan satu soal yang sama. Berbeda sekali dengan ilmu pengetahuan yang selalu dikaji, dibahas secara ilmiah sehingga selalu menjadi bahan diskusi dan banyak sekali dibicarakan.
2). Bahwa barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional lebih dari pada membicarakan agama, karena agama merupakan hal yang sakti dan luhur. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang.
3). Bahwa konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama itu. Orang yang giat pergi ke Mesjid atau Gereja, ahli tasawuf atau mistik akan condong untuk menekankan kebatinannya. Sedangkan ahli antropologi yang mempelajari agama condong untuk mengartikannya sebagai kegiatan-kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat diamati (Manaf, 2000).
1). Karena pengalaman agama adalah soal batiniah dan subyektif, juga sangat individualistis, tiap orang mengartikan agama itu sesuai dengan pengalamannya sendiri, atau sesuai dengan pengalaman agama sendiri. Oleh karena itu tidak ada orang yang bertukar pikiran tentang pengalaman agamanya dapat membicarakan satu soal yang sama. Berbeda sekali dengan ilmu pengetahuan yang selalu dikaji, dibahas secara ilmiah sehingga selalu menjadi bahan diskusi dan banyak sekali dibicarakan.
2). Bahwa barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional lebih dari pada membicarakan agama, karena agama merupakan hal yang sakti dan luhur. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang.
3). Bahwa konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama itu. Orang yang giat pergi ke Mesjid atau Gereja, ahli tasawuf atau mistik akan condong untuk menekankan kebatinannya. Sedangkan ahli antropologi yang mempelajari agama condong untuk mengartikannya sebagai kegiatan-kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat diamati (Manaf, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Aklyar
Yusuf Lubis. 2015. Filsafat Ilmu Klasik
Hingga Kontemporer Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada
Konrad Kebung. 2011. Filsafat Ilmu
Pengetahuan. Jakarta. Prestasi Pustaka
Publisher.
Usiono. 2011. Aliran – Aliran
Filsafat Pendidikan. Medan. Perdana Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar